MANUSIA DAN HARAPAN

| Minggu, 19 Januari 2014

Harapan

Setiap manusia memiliki harapan yang berbeda-beda. Harapan merupakan sesuatu yang diinginkan oleh manusia yang apabila harapan itu terkabul akan membuat seseorang merasa senang dan gembira. Harapan bisa terjadi apabila seseorang itu berusaha untuk mewujudkannya. Contohnya seperti seorang siswa yang ingin sekali mendapatkan peringkat 1, lain halnya dengan seorang pengangguran yang ingin dapat pekerjaan tetapi ia tidak berusaha untuk mencari lowongan kerja karena beralasan kurangnya tingkat pendidikan yang ia dapatkan, itu adalah contoh dari harapan yang memiliki dua kemungkinan yaitu harapan yang dapat terjadi dan bisa jadi berupa harapan yang tidak dapat terjadi.
Antara harapan dan cita-cita memiliki kesamaan yaitu keduanya sama-sama menyangkut masa depan karena belum terwujud. Ada dua hal yangmendorong manusia hidup dalam pergaulan manusia lain yaitu dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup. Menurut maslow sesuai dengan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup tersebut makan manusia memiliki sebuah harapan. Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manusia itu adalah:
1)   Kelangsungan hidup;
2)  Keamanan;
3)  Hak dan kewajiban atas mencintai dan dicintai;
4)  Diakui lingkungan;
5)  Perwujudan cita-cita;

Doa
Agar mudah dicerna, metode adalah alat atau klo digambarkan seperti pisau untuk membedah suatu objek.
Menurut Herbert Bisno (1969) metode adalah teknik-teknik yang di generalisasikan dengan baik agar dapat diterima atau digunakan secara sama dalam satu disiplin, praktek, atau bidang disiplin dan praktek.
Menurut Max Siporin (1975) Metode adalah sebuah orientasi aktifitas yg mengarah kepada persyaratan tugas-tugas dan tujuan-tujuan nyata.
Menurut Departemen Sosial RI Metode adalah cara teratur yg digunakan utk melaksanakan pekerjaan agar tercapai hasil sesuai dgn yg diharapkan.

Sebab Manusia Memiliki Harapan

Seorang filsafat yaitu Dr. Yuyun Suriasumantri mengemukakan tiga teori tentang kebenaran dalam bukunya Ilmu Filsafat :
1)   Teori koherensi, yaitu suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan – pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya setiap manusia pasti mati. Paul manusia. Paul pasti mati.
2)  Teori korespondensi, yaitu teori yang menyatakan bahwa suatu pernyataan benar bila materi pengetahuan yang dikandung penyataan itu berkorespondesni (berhubungan dengan) obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
3)  Teori pragmatis, yaitu kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.
Dasar kepercayaan adalah kebenaran, sumber kebenaran adalah manusia. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas :
 1)   Kepercayaan pada diri sendiri;
2)  Kepercayaan pada orang lain;
3)  Kepercayaan pada pemerintah;
4)  Kepercayaan pada Tuhan.
Menurut kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya. Tidak ada satu manusiapun yang luput dari pergaulan hidup. Ditengah – tengah manusia lain itulah, seseorang dapat hidup dan berkembang baik fisik/jasmani maupun mental/ spiritualnya. Ada dua hal yang mendorong orang hidup bergaul dengan manusia lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
  1)  Dorongan kodrat, yaitu berupa sifat, keadaan atau pembawaan alamiah yang sudah   terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh tuhan. Misalnya       menangis, bergembira, berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan dan         sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua. Dorongan     kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya           menangis, tertawa, bergembira, dan sebagainya. Seperti halnya orang yang           menonton Pertunjukan lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga mengharapkan     agar penonton tertawa terbahak-bahak. Apabila penonton tidak tertawa, harapan   kedua belah pihak gagal, justru sedihlah mereka. Kodrat juga terdapat pada         binatang dan tumbuh-tumbuhan, karena binatang dan tumbuhan perlu makan,       berkembang biak dan mati. Yang mirip dengan kodrat manusia ialah kodrat         binatang, walau bagaimanapun juga besar sekali perbedaannya. Perbedaan antara     kedua mahluk itu, ialah bahwa manusia memiliki budi dan kehendak. Budi ialah       akal, kemampuan untuk memilih. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan,         sebab bila orang akan memilih, ia harus mengetahui lebih dahulu barang yang       dipilihnya. Dcngan budinya manusia dapat mengetahui mana yang baik dan mana     yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah, dan dengan kehendaknya       manusia dapat memilih. Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat,     kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat       atau hidup bersama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini, maka manusia         mempunyai harapan.

  2) Dorongan kebutuhan hidup, dorongan ini juga termasuk kodrat karena manusia       mempunyai bermacam- macam kebutuhan hidup itu bergaris pada garis besarnya     dapat dibedakan atas kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.

Menurut Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manusia itu adalah :
  1)  Kelangsungan hidup (survival);
  2) Keamanan (safety);
  3) Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai (be loving and love);
  4) Diakui lingkungan (status);
  5) Perwujudan cita-cita (actualization).

Definisi Kepercayaan

Kepercayaan berasal dari kata percaya yang artinya mengakui atau meyakini akan suatu kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Dasar kepercayaan itu adalah kebenaran. Kebenaran atau benar amat penting bagi manusia karena setiap kebenaran memiliki arti khusus bagi hidupnya. Manusia selalu hati-hati dalam bertingkah laku agar perbuatannya tidak menyimpang dari kebenaran.
Kepercayaan dan Usaha Untuk Menyelesaikannya. Menurut pandangan bidang logika kebenaran memiliki pengertian yang tidak jauh berbeda yaitu menyesuaikan kesamaan pemahaman antara keputusan dengan objek yang diketahui benar-benar terbukti (kebenaran logis). Kebenaran logis disebut juga kebenaran objektif dan kebenaran etis juga disebut kebenaran subjektif.
Jika tidak ada kesamaan pemahaman antara keputusan dan obyeknya yang diketahui, maka terdapat dua kemungkinan, yaitu :
1)    Orang yang mengutarakan putusan keliru.
2)  Orang yang mengutarakan putusan sengaja mengutarakan tidak sesuai dengan realita yang diketahuinya.
Dasar kepercayaan ialah kebenaran dan sumber kebenaran adalah manusia, oleh karena itu kepercayaan terdiri atas :
1)   Kepercayaan pada diri sendiri, yaitu kepercayaan yang harus ditanamkan pada
   setiap pribadi manusia. hakekatnya kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2)  Kepercayaan pada pemerintah, Menurut buku etika, Filsafat Tingkah karya Prof. I.R. Poedjawiyatnya. Negara itu berasal dari Tuhan. Setidaknya kedaulatan tertinggi ada pada Tuhan. Namun pada pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah milik rakyat. Dan penjelmaan rakyat adalah negara melalui pemerintahan khusus.
3)  Kepercayaan kepada Tuhan, yaitu meyakini bahwa manusia diciptakan oleh tuhan dan manusia harus bertakwa pada tuhannya. Salah satu cara bertakwa adalah mengukuhkan imannya bahwa tuhan merupakan zat yang merupakan kebenaran mutlak.

Macam-macam Kepercayaan

Kepercayaan terbagi atas beberapa macam, diantaranya adalah sebagai berikut:
  1)  Kepercayaan pada diri sendiri, yaitu kepercayaan yang ditanamkan pada setiap diri   manusia. percaya pada diri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa.
  2) Percaya kepada orang lain, yaitu percaya yang dimaksud dapat berupa percaya       kepada saudara, orang tua, guru, teman sebaya atau siapa pun.
  3) Kepercayaan pada pemerintah, Pandangan demokratis mengatakan bahwa             kedaulatan adalah dari rakyat, (kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat adalah         negara, rakyat itu menjelma pada negara. Satu-satunya realitas adalah negara).     Manusia sebagai seorang (individu) tak berarti. Orang. mempunyai arti hanya       dalam masyarakat, negara. Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada,     kedaulatan mutlak pada negara, negara demikian itu disebut negara totaliter.       satu-satunya yang mempunyai hak ialah negara; manusia perorangan tidak           mempunyai hak, ia hanya mempunyai kewajiban (negara diktator) jelaslah bagi       kita, baik teori atau pandangan teokratis atau pun demokratis negara atau         pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber kebenaran. Karena itu wajarlah   kalau manusia sebagai warga negara percaya kepada negara/pemerintah.
  4) Kepercayaan kepada Tuhan, merupakan kepercayaan yang amat penting, karena       keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan.     Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu       amat penting, karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa         manusia dengan Tuhannya. Bagaimana Tuhan dapat menolong umatnya, apabila       umat itu tidak mempunyai kepercayaan kepada Tuhannya, sebab tidak ada tali       penghubung yang mengalirkan daya kekuatannya. Oleh karena itu jika manusia       berusaha agar mendapat pertolongan dari padanya, manusia harus percaya kepada   Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu menyertai manusia. Kepercayaan atau           pengakuan akan adanya zat yang maha tinggi yang menciptakan alam semesta       seisinya merupakan konsekuensinya tiap-tiap umat beragama dalam melakukan       pemujaan kepada zat tersebut.

Usaha- usaha Meningkatkan Percaya pada Tuhan

   1)  Meningkatkan ketakwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah;
  2) Meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat;
  3) Meningkatkan kecintaan kita kepada sesama manusia dengan jalan suka menolong,     dermawan dan sebagainya.
  4) Mengurangi nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan;
  5) Menekan perasaan negatif seperti iri, fitnah dan sebagainya.

Teori Kebenaran

  1)  Teori Kebenaran korespondensi, teori yang berpandangan bahwa pernyataan-         pernyataan  adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan     yang ada di alam atau objek yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau       suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh   suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi adalah benar apabila terdapat suatu   fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan dengan   teori-teori empiris pengetahuan.

Gejala-gejala alamiah, menurut kaum empiris, adalah bersifat kongkret dan dapat dinyatakan lewat panca indera manusia. Gejala itu bila ditelaah mempunyai beberapa karakteristik tertentu. Logam bila dipanaskan akan memuai. Air akan mengalir ke tempat yang rendah. Pengetahuan inderawi bersifat parsial. Hal ini disebabkan adanya perbedaan antara indera yang satu dengan yang lain dan berbedanya objek yang dapat ditangkap indera. Perbedaan sensivitas tiap indera dan organ-organ tertentu menyebabkan kelemahan ilmu empiris.
Ilmu pengetahuan empiris hanyalah merupakan salah satu upaya manusia dalam menemukan kebenaran yang hakiki dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Penyusunan pengetahuan secara empiris cenderung menjadi suatu kumpulan fakta yang belum tentu bersifat konsisten, dan mungkin saja bersifat kontradiktif. Adanya kecenderungan untuk mengistimewakan ilmu eksakta sebagai ilmu empiris untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi manusia tidak selalu tepat. Pengistimewaan pengetahuan empiris secara kultural membuat manusia modern seperti pabrik. Semua cabang kebudayaan yang terbentuk menjadi produksi yang bersifat massal.
Keberhasilan ilmu eksakta yang berdasarkan empirisme dalam mengembangkan teknologi -ketika berhadapan dengan ”kegagalan ” ilmu-ilmu human dalam menjawab masalah manusia- membawa dampak buruk terhadap kedudukan dan pengembangan ilmu-ilmu human. Analisis filsafat tentang kenyataan ini harus ditempatkan secara proporsional, karena merupakan suatu usaha ilmiah untuk membantu manusia mengungkap misteri kehidupannya secara utuh.

  2) Teori kebenaran koherensi, teori yang didasarkan kepada kriteria koheren atau       konsistensi. Suatu pernyataan disebut benar bila sesuai dengan jaringan             komprehensif dari pernyataan-pernyataan yang berhubungan secara logis.             Pernyataan-pernyataan ini mengikuti atau membawa kepada pernyataan yang lain.   Seperti sebuah percepatan terdiri dari konsep-konsep yang saling berhubungan dari   massa, gaya dan kecepatan dalam fisika.

Kebenaran tidak hanya terbentuk oleh hubungan antara fakta atau realitas saja, tetapi juga hubungan antara pernyataan-pernyataan itu sendiri. Dengan kata lain, suatu pernyataan adalah benar apabila konsisten dengan pernyataan-pernyataan yang terlebih dahulu kita terima dan kita ketahui kebenarannya.
Salah satu dasar teori ini adalah hubungan logis dari suatu proposisi dengan proposisi sebelumnya. Proposisi atau pernyataan adalah apa yang dinyatakan, diungkapkan dan dikemukakan atau menunjuk pada rumusan verbal berupa rangkaian kata-kata yang digunakan untuk mengemukakan apa yang hendak dikemukakan. Proposisi menunjukkan pendirian atau pendapat tentang hubungan antara dua hal dan merupakan gabungan antara faktor kuantitas dan kualitas. Contohnya tentang hakikat manusia, baru dikatakan utuh jika dilihat hubungan antara kepribadian, sifat, karakter, pemahaman dan pengaruh lingkungan. Psikologi strukturalisme berusaha mencari strukturasi sifat-sifat manusia dan hubungan-hubungan yang tersembunyi dalam kepribadiannya.
Pengetahuan rasional yang berdasarkan logika tidak hanya terbatas pada kepekaan indera tertentu dan tidak hanya tertuju pada objek-objek tertentu. Gagasan rasionalistis dan positivistis cenderung untuk menyisihkan seluruh pemahaman yang didapat secara refleksi. Pemikiran rasional cenderung bersifat solifistik dan subyektif. Adanya keterkaitan antara materi dengan non materi, dunia fisik dan non fisik ditolak secara logika. Apabila kerangka ini digunakan secara luas dan tak terbatas, maka manusia akan kehilangan cita rasa batiniahnya yang berfungsi pokok untuk menumbuhkan apa yang didambakan seluruh umat manusia yaitu kebahagiaan.

  3) Teori kebenaran pragmatis, yaitu teori yang berpandangan bahwa arti dari ide       dibatasi oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar           tidaknya suatu dalil atau teori tergantung kepada berfaedah tidaknya dalil atau     teori tersebut bagi manusia untuk kehidupannya. Kebenaran suatu pernyataan       harus bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.

Menurut teori ini proposisi dikatakan benar sepanjang proposisi itu berlaku atau memuaskan. Apa yang diartikan dengan benar adalah yang berguna (useful) dan yang diartikan salah adalah yang tidak berguna (useless). Bagi para pragmatis, batu ujian kebenaran adalah kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability) dan akibat atau pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory consequences). Teori ini tidak mengakui adanya kebenaran yang tetap atau mutlak.
Francis Bacon pernah menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus mencari keuntungan-keuntungan untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi. Ilmu pengetahuan manusia hanya berarti jika nampak dalam kekuasaan manusia. Dengan kata lain ilmu pengetahuan manusia adalah kekuasaan manusia. Hal ini membawa jiwa bersifat eksploitatif terhadap alam karena tujuan ilmu adalah mencari manfaat sebesar mungkin bagi manusia.
Manusia dengan segala segi dan kerumitan hidupnya merupakan titik temu berbagai disiplin ilmu. Hidup manusia seutuhnya merupakan objek paling kaya dan paling padat. Ilmu pengetahuan seyogyanya bisa melayani keperluan dan keselamatan manusia. Pertanyaan-pertanyaan manusia mengenai dirinya sendiri, tujuan-tujuannya dan cara-cara pengembangannya ternyata belum dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan yang materialis-pragmatis tanpa referensi kepada nilai-nilai moralitas.
Aksiologi ilmu pengetahuan modern yang dibingkai semangat pragmatis-materialis ini telah menyebabkan berbagai krisis lingkungan hidup, mulai dari efek rumah kaca akibat akumulasi berlebihan CO2, pecahnya lapisan ozon akibat penggunaan freon berlebihan, penyakit minimata akibat limbah methylmercury hingga bahaya nuklir akibat persaingan kekuasaan antar negara. Ketiadaan nilai dalam ilmu pengetahuan modern yang menjadikan sains untuk sains, bahkan sains adalah segalanya, telah mengakibatkan krisis kemanusiaan. Krisis lingkungan dan kemanusiaan, mulai dari genetik engineering hingga foules solitaire (kesepian dalam keramaian, penderitaan dalam kemelimpahan). Manusia telah tercerabut dari aspek-aspek utuhnya, cinta, kehangatan, kekerabatan, dan ketenangan. Kedua krisis global ini telah menghantui sebagian besar lingkungan dan masyarakat modern yang materialis-pragmatis.

SUMBER :





-http://widyaanissawiranti.blogspot.com/2013/2014/03/manusia-dan-harapan.html
-     
-    
-    
-     





0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲