review jurnal Gambaran Pertemanan Anak ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder) dengan Teman Sebaya Di Jakarta

| Kamis, 27 November 2014

IDENTITAS JURNAL


1.    Judul                                  : Gambaran Pertemanan Anak ADHD (Attention
   Deficit/Hyperactivity Disorder) Dengan Teman Sebaya Di
   Jakarta
2.    Penulis                               : Rosita
3.    Nama Jurnal                      : Jurnal Psikologi Universitas Paramadina
4.    Tahun Publikasi                 : Desember 2012

Dari jurnal ini penulis memaparkan tentang gambaran Pertemanan Anak ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder) Dengan Teman Sebaya Di Jakarta. Dalam jurnal ini penulis menjelaskan bahwa anak yang menderita ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder)  mengalami kesulitan dalam kemampuan sosial. Anak ini biasanya bersekolah di tempat-tempat pendidikan khusus sesai dengan kebutuhannya.
Dalam penjabarannya, penulis menjelaskan bahwa setiap anak memiliki kebutuhan lebih untuk berinteraksi dengan teman sebayanya saat anak tersebut menginjak masa remaja, dimana seorang anak mamasuki tahap yang penting dalam bersosialisasi, tidak terkecuali  Anak ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder). Kendati demikian, pada masa remaja anak yang menderita ADHD dalam memenuhi kebutuhan sosialnya, cenderung ditolak secara sosial oleh teman sebayanya di sekolah.
Dalam menunjang penulisannya tentang pertemana anak-anak ADHD terhadap teman sebaya, penulis mengambil teori tentang pertemana yang dijabarkan oleh Ali (2004), Park dan Burges, dan keith Davis (dalam Devito, 1986) yang mengemukakan 8 karakteristik terhadap pertemanan yaitu Enjoyment; Acceptancce; Trust; Respect; Mutual Assistance; Confiding; 7 Understanding, dan; Spontaneity.
Seorang tokoh John M. Reisman (Dalam Devito, 1986) membagi tipe-tipe pertemanan menjadi tiga tipe, yaitu :
1.     Reciprocity, melambangkan tipe pertemanan yang memiliki karakteristik setia, murah hati. Terciptanya pertemanan ini didasarkan pada keseimbangan, dimana tiap individu berbagi secara adil dalam hal memberi dan menerima keuntungan yang ada dalam sebuah hubungan.
2.   Receptivity, yaitu tipe pertemanan yang dikarakteristikan dengan adanya   ketidakseimbangan dalam hal memberi dan menerima dalam sebuah hubungan yang terjadi.
3.    Association, yaitu penggambaran sebuah hubungan yang bersahabat namun bukan sebuah hubungan pertemanan yang sesungguhnya.
Dalam penulisan ini terdapat pemikiran tentang fungsi  teman sebaya yang di kemukakan oleh Santosa (2004). Beliau memaparkan fungsi teman sebaya diantaranya berfungsi dalam mengajarkan kebudayaan; mengajarkan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin; mengajarkan mobilitas sosial; menyediakan peranan-peranan sosial yang baru; berfungsi sebagai sumber informasi; serta fungsi dari kelompok sebaya yaitu membantu anak untuk terlepas dari oarng-orang  dewasa.
Penjabaran penulis mengenai anak berkebutuhan khusus atau luar biasa menyatakan bahwa anak yang berkebutuhan khusus adalah anak yang menyimpang dari rata-rata anak normal, baik penyimpangan terhadap ciri-ciri mental, kemampuan sensorik, fisik, dan neuromuscular, perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi. Penjelasan ini penulis kutip dari Mangunsong (2009). Dalam pendidikannya, anak berkebutuhan khusus memerlukan pendidikan khusu/ luar biasa karena mereka tampak berbeda dari siswa pada umumnya dalam satu hal atau lebih seperti memiliki keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar atau gangguan atensi, gangguan emosi atau perilaku, hambatan fisik, hambatan komunikasi, autisme, hambatan pendengaran dan penglihatan. Pernyataan ini sama halnya dalam kutipan oleh Papalia (2003) yang dikutip penulis menyatakan bahwa remaja awal (sekitar 11 atau 12-14), berkesempatann untuk mengalami pertumbuhan yang meliputi dimensi fisik, kognitif dan sosial, otonomi, self esteem, dan keintiman. Dalam tahap ini beberapa remaja mengalami kesulitan dalam menangani perubahan dan mengatasi bahaya yang terjadi pada dirinya. Menurut penulis, kesulitan ini merujuk pada anak-anak berkebutuhan khusus karena anak berkebutuhan khusus ini memerlukan perhatian khusus dalam menangani perubahan dan permasalahan dalam hidupnya. Mengenai gambaran pertemanan anak berkebutuhan khusus yang menempuh pendidikan umum di Jakarta. Penulis memaparkan bahwa penyebab terjadinya ADHD yaitu karena kurangnya perhatian, hiperaktif, dan impulsif yang menyebabkan penurunan aktifitasnya (APA, 2000 dalam Kring 2010).
Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam menangani pembahasan tentang ialah metode kualitas dengan menggunakan wawancar dan observasi. Dalam proses pengumpulan data penulis menggunakan teknik wawancara. Metode yang digunakan adalah behavioral checklist. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan model penelitian  adalah studi kasus (case study). Jenis studi yang digunakan adalah jenis studi kasus  intrinsic (instrinsic case study). Adapun metode pengambilan sampel yang digunakan penulis pada penelitian ini adalah purpose sampling.
Setelah melakukan penelitian mengenai Gambaran Pertemanan Anak ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder), penulis menarik kesimpulan dari penelitian ini bahwa makna teman bagi anak ADHD mengaku mempunyai teman dekat. Anak ADHD memaknai teman sebagai individu yang selalu mengajak ia untuk melakukan sesuatu, mengajak anak ADHD ke tempat-tempat yang ia sukai, dan bermain bersamanya. Hasil tambahan, yaitu anak ADHD juga berteman dengan anak-anak yang dibawah umurnya. Dan yang peling utama adalah adanya peran orang tua  sangat dibutuhkan dalam perkembangan pertemanan anak ADHD, karena peran orang tua pada perkembangan pertemanan anak-anak berfungsi sebagai pembimbing dan teman anak untuk bercerita jika anak ada masalah.
Menurut saya dalam penulisan ini, kelebihan yang dapat saya kutip salah satunya dari segi pemaparan masalah. Penulis menjabarkan gambaran-gambaran, pendekatan-pendekatan serta karakteristik pertemanan pada anak ADHD sudah sangat spesifik.

0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲