N KERJA
La
Pierre (dalam Azwar, 2003) memberikan definisi sikap sebagai suatu pola
perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan
diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap
stimuli sosial yang telah terkondisikan. Sedangkan Soetarno (1994) memberikan
definisi sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk
bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu
artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang,
peritiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain.
Proses
belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial,
individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang
dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
adalah:
1.
Pengalaman
pribadi;
2.
Kebudayaan;
3.
Orang
yang dianggap penting;
4.
Media
massa;
5.
Institusi
pendidikan dan agama;
6.
Faktor
emosi dalam diri;
Pembentukan
sikap dapat berpengaruh dalam pemerolehan kepuasan kerja seperti yang
dikemukakan oleh Wexley dan Yukl, mengartikan kepuasan kerja sebagai “the way an employee feels about his or her
job”. Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya
atau pekerjaannya. dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan yang
menyokong atau tidak menyokong dalam diri pegawai yang berhubungan dengan
pekerjaan maupun kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan
melibatkan aspek-aspek seperti upaya, kesempatan pengembangan karier, hubungan
dengan pegawai lain, penempatan kerja, dan struktur organisasi. Sementara itu,
perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain berupa umur, kondisi
kesehatan, kemampuan dan pendidikan.
Keadaan
emosional yang menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan
mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya.
Ini dampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu
yang dihadapi di lingkungan kerjanya (Taufik Noor Hidayat).
Wexley
dan Yukl (1977) mengemukakan tiga macam teori-teori tentang kepuasan kerja yang
lazim dikenal yaitu:
1.
Teori Perbandingan Intrapersonal
(Discrepancy Theory)
Kepuasan akan dirasakan oleh individu
tersebut bila perbedaan atau kesenjangan antara standar pribadi individu dengan
apa yang diperoleh dari pekerjaan kecil, sebaliknya ketidakpuasan akan
dirasakan oleh individu bila perbedaan atau kesenjangan antara standar pribadi
individu dengan apa yang diperoleh dari pekerjaan besar.
2.
Teori Keadilan (Equity Theory)
Perasaan equity atau inequity atas suatu
situasi diperoleh seseorang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain
yang sekelas, sekantor, maupunditempat lain dengan tujuan untuk mendapat
kepuasan kerja dalam sudut pandang keadilan.
3.
Teori Dua – Faktor (Two Factor Theory)
Prinsip dari teori ini adalah bahwa
kepuasan dan ketidakpuasan kerja merupakan dua hal yang berbeda. Menurut teori
ini, karakteristik pekerjaan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yang
satu dinamakan Dissatisfier atau hygiene factors (gaji, insentif,
pengawasan, hubungan pribadi, kondisi kerja dan status) dan yang lain dinamakan
satisfier atau motivators (prestasi, pengakuan, wewenang, tanggungjawab dan
promosi).
Determinan Sikap Kerja, Tidak ada satu batasan dari kepuasan
kerja/ pekerjaan yang paling sesuai, seperti batasan dari Locke yang
menyimpulkan ada dua unsur yang penting dalam kepuasan kerja yaitu nilai-nilai
pekerjaan dan kebutuhan-kebutuhan dasar. Kepuasan kerja merupakan hasil dari
tenaga kerja yang berkaitan dengan motivasi kerja. Howell dan Dipboye (1986)
memandang kepuasan kerja sebagai hasil keseluruhan dari derajat rasa suka atau
tidak sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaan.
Menurut
Handoko dan Asa’ad (dalam Umar, 2005) kepuasan kerja merupakan penilaian atau
cerminan dari perasaan pekerja terhadap pekerjaannya. Hal ini tampak dalam
sikap positif pekerja terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi
lingkungan kerjanya. Dampak kepuasan kerja perlu dipantau dengan mengaitkannya
pada output yang dihasilkannya. Misalnya
kepuasan kerja dengan prodktivitas; kepuasan kerja dengan turnover; kepuasan detka dengan absensi; kepuasan kerja dengan efek
lainnya seoertu dengan kesehatan fisik-mental, kemampuan mempelajari pekerjaan
baru dan kecelakaan kerja. Dalam hal ini untuk mengetahui faktor apa saja yang
mempengaruhi kepuasan kerja, dapat digunakan Job Descriptive Index (JDI) yang
menurut Luthans (1995) ada lima, yaitu:
1.
Pembayaran,
seperti upah dan gaji;
2.
Pekerjaan
itu sendiri;
3.
Promosi
pekerjaan;
4.
Kepenyeliaan
(supervisi);
5.
Rekan
sekerja.
Pengukuran sikap kerja,Pengukuran sikap kerja dapat ditentukan
oleh faktor-faktor penentu kepuasan kerja. Banyak faktor yang telah diteliti
sebagai faktor-faktor yang mungkin menentukan kepuasan kerja. Menurut Locke,
ciri-ciri intrinsik dari pekerjaan yang menetukan kepuasan kerja ialah
keragaman, kesulitan,jumlah pekerjaan, tanggung jawab, otonomi, kendali
terhadap metode kerja, kemajemukan, dan kreativitas, terdapat satu unsur yang
dijumpai pada ciri-ciri intrinsik yaitu tantangan mental.
Sumber:
Umar,
Husein. 2005. Riset sumber daya manusia. Jakarta: Gramedia pustaka utama.
0 komentar:
Posting Komentar