Aliran Humanistik (Carl Rogers)

| Minggu, 22 Maret 2015
TEORI KEPRIBADIAN SEHAT

Tulisan ke-3 (Rogers)
NAMA          : MAHARANI
KELAS            : 2PA03
NPM               : 15513216


Carl Roger adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada client. Rogers lahir di Oak Park, Illinois 08 Januari 1902. Rogers terkenal sebagai seornag tokoh psikologi humasni, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide-ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam pengalaman terapeutiknya. Ide pokok dari teori –teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah–masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah  perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak-kanak seperti yang diajukan oleh aliran Freudian,  misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun  pengalaman seksual sebelumnya. Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang  terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Rogers dikenal juga sebagai seorang fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada realitas yang berarti bagi individu. Realitas tiap orang akan berbeda–beda tergantung pada pengalaman–pengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman ini disebut dengan fenomenal field. Rogers menerima istilah self sebagai fakta dari lapangan fenomenal tersebut.
Konsep diri (self concept) menurut Rogers adalah bagian sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan disimbolisasikan, dimana “aku“ merupakan pusat referensi setiap pengalaman. Konsep diri merupakan bagian inti dari pengalaman individu yang secara perlahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan “apa dan siapa aku sebenarnya“ dan “apa yang sebenarnya harus saya perbuat“. Jadi, self concept adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku.
Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi yaitu:
1.       Incongruence Incongruence adalah ketidakcocokan antara self
yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin.
2.  Congruence
Congruence berarti situasi dimana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.
Menurut Rogers, para orang tua akan memacu adanya incongruence ini ketika mereka memberikan kasih sayang yang kondisional kepada anak-anaknya. Orang tua akan menerima anaknya hanya jika anak tersebut berperilaku sebagaimana mestinya, anak tersebut akan mencegah perbuatan yang dipandang tidak bisa diterima. Disisi lain, jika orang tua menunjukkan kasih sayang yang tidak kondisional, maka si anak akan bisa mengembangkan congruence-nya. Remaja yang orang tuanya memberikan rasa kasih sayang kondisional akan meneruskan kebiasaan ini dalam masa remajanya untuk mengubah perbuatan agar dia bisa diterima di lingkungan.
Dampak dari incongruence adalah Rogers berfikir bahwa manusia akan merasa gelisah ketika konsep diri mereka terancam. Untuk melindungi diri mereka dari kegelisahan tersebut, manusia akan mengubah perbuatannya sehingga mereka mampu berpegang pada konsep diri mereka. Manusia dengan tingkat incongruence yang lebih tinggi akan merasa sangat gelisah karena realitas selalu mengancam konsep diri mereka secara terus menerus. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Perkembangan diri dipengaruhi oleh cinta yang diterima saat kecil dari seorang ibu. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).

  è Jika individu menerima cinta tanpa syarat, maka ia akan mengembangkan penghargaan     positif bagi dirinya

Konsepsi Pokok Teori Rogers

(unconditional positive regard) dimana anak akan dapat mengembangkan potensinya untuk dapat berfungsi sepenuhnya.
  è Jika tidak terpenuhi, maka anak akan mengembangkan penghargaan positif bersyarat         (conditional positive regard). Dimana ia akan mencela diri, menghindari tingkah laku         yang dicela, merasa bersalah dan tidak berharga.

Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan. Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah:
     1.      Organism, yaitu keseluruhan individu (the total individual)Organisme memiliki sifat-      sifat berikut:
-   Organisme beraksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud memenuhi kebutuhankebutuhannya.
- Organisme mempunyai satu motif dasar yaitu: mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri.
-    Organisme mungkin melambangkan pengalamannya, sehingga hal itu disadari, atau mungkin menolak pelambangan itu, sehingga pengalaman-pengalaman itu tak disadari, atau mungkin juga organisme itu tak memperdulikan pengalaman-pengalamannya.
    2.      Medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman (the totality of experience). Medan     phenomenal punya sifat disadari atau tak disadari, tergantung apakah pengalaman yang     mendasari medan phenomenal itu dilambangkan atau tidak. Self, yaitu bagian medan         phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan                   penilaian sadar daripada “I” atau “me”. Self mempunyai bermacam-macam sifat:
-        Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungan.
-      Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara (bentuk) yang tidak wajar.
-        Self mengejar (menginginkan) consistency (keutuhan/kesatuan, keselarasan).
-        Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan self.
-   Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan stuktur self diamati sebagai ancaman.
-        Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan (maturation) dan belajar.

Sifat Khas Orang yang Berfungsi Penuh

Rogers mengemukakan lima sifat khas dari seseorang yang berfungsi penuh:
    1.       Keterbukaan pada pengalaman
    Bahwa seseorang tidak bersifat kaku dan defensif melainkan bersifat fleksibel, tidak             hanya menerima pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tapi juga dapat                       menggunakannya dalam membuka kesempatan lahirnya persepsi dan ungkapan-                 ungkapan     baru.
    2.     Kehidupan eksistensial
    Orang yang tidak mudah berprasangka ataupun memanipulasi pengalaman melainkan       menyesuaikan diri karena kepribadiannya terus-menerus terbuka kepada pengalaman         baru.
    3.      Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
    Bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman yang sangat               diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan yang lebih dapat diandalkan daripada           faktor-faktor rasional atau intelektual.
    4.     Perasaan bebas
    Semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin mengalami kebebasan untuk                 memilih dan bertindak.
    5.      Kreativitas
    Seorang yang  kreatif bertindak dengan bebas dan menciptakan hidup, ide dan rencana       yang konstruktif, serta dapat mewujudkan kebutuhan dan potensinya secara kreatif dan     dengan cara yang memuaskan.

REFERENSI :

Psikologi kepribadian Penulis: Agus Sujanto; Penerbit: Bumi Aksara




0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲