Terapi Humanistik
Psikologi
humanistik atau disebut juga dengan istilah psikologi kemanusiaan adalah suatu
pendekatan yang multifaset terhadap penalaman dan tingakah laku manusia, yang
memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Aliran psikologi
humanistik selalu mendorong peningkatan kualitas diri manusia melalui
penghargaannya terhadapa potensi-potensi positif yang ada pada setiap insan (Rachmahana,
2008).
Dalam
aliran ini ada tiga tokoh yang menonjol yaitu Abraham Maslow, Carl Rojer dan
- Abraham Maslow
Maslow dengan
karyanya di bidang pemenuhan kebutuhan berpengaruh sekali terhadap upaya
memahami motivasi manusia. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa dalam diri
manusia terdapat doronan positif untuk tumbuh dan kekuatan-kekuatan yang melawan
atau menghalangi pertumbuhan.
Maslow
berpendapat, bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan yang dimulai dari
kebutuhan jasmaniah yang paling asasi sampai dengan kebutuhan tertinggi yakni
kebutuhan estetis. Kebutuhan jasmaniah seperti makan, minum, tidur dan sex
menuntut sekali untuk dipuaskan. Apabila kebutuhan ini terpuaskan, maka
muncullah kebutuhan keamanan seperti kebutuhan kesehatan dan kebutuhan
terhindar dari bahaya dan bencana. Berikutnya adalah kebutuhan untuk memiliki
dan cinta kasih, seperti dorongan untuk memiliki kawan dan berkeluarga,
kebutuhan untuk menjadi anggota kelompok, dan sebagainya. Ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan ini dapat mendorong seseorang berbuat lain untuk memperoleh
pengakuan dan perhatian, misalnya dia menggunakan prestasi sebagai pengganti
cinta kasih. Berikutnya adalah kebutuhan harga diri, yaitu kebutuhan untuk
dihargai, dihormati, dan dipercaya oleh orang lain.
Apabila seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan yang
tingkatannya lebih rendah tadi, maka motivasi lalu diarahkan kepada
terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan
potensi atau bakat dan kecenderungan tertentu. Bagaimana cara aktualisasi diri
ini tampil, tidaklah sama pada setiap orang. Sesudah kebutuhan ini, muncul
kebutuhan untuk tahu dan mengerti, yakni dorongan untuk mencari tahu,
memperoleh ilmu dan pemahaman. Maslow
berpendapat adanya kebutuhan estetis, yakni dorongan keindahan, dalam arti
kebutuhan akan keteraturan, kesimetrisan dan kelengkapan.
Maslow
membedakan antara empat kebutuhan yang pertama dengan tiga kebutuhan yang
kemudian. Keempat kebutuhan yang pertama disebutnya deficiency need (kebutuhan yang timbul karenakekurangan), dan
pemenuhan kebutuhan ini pada umumnya bergantung pada orang lain. Sedangkan
ketiga kebutuhan yang lain dinamakan growth need (kebutuhan untuk tumbuh) dan
pemenuhannya lebih bergantung pada manusia itu sendiri.
- Carl R. Rojers
Carl R.
Rogers adalah seorang ahli psikologi humanistik yang gagasan-gagasannya
berpengaruh terhadap pikiran dan praktek psikologi di semua bidang, baik
klinis, pendidikan, dan lain-lain. Lebih khusus dalam bidang pendidikan, Rogers
mengutarakan pendapat tentang prinsip-prinsip belajar yang humanistik,
yang meliputi hasrat untuk belajar, belajar yang berarti, belajar tanpa
ancaman, belajar atas inisiatif sendiri, dan belajar untuk perubahan.
Adapun
penjelasan konsep masing-masing prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Hasrat untuk Belajar
Menurut
Rogers, manusia mempunyai hasrat
alami untuk belajar. Hal ini terbukti dengan tingginya rasa ingin tahu anak
apabila diberi kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan. Dorongan ingin tahu
untuk belajar ini merupakan asumsi dasar pendidikan humanistik. Di dalam kelas
yang humanistik anak-anak diberi kesempatan dan kebebasan untuk memuaskan
dorongan ingin tahunya, untuk memenuhi minatnya dan untuk menemukan apa yang
penting dan berarti tentang dunia di sekitarnya.
b.
Belajar yang Berarti
Belajar
akan mempunyai arti atau makna apabila apa yang dipelajari relevan dengan
kebutuhan dan maksud anak. Artinya, anak akan belajar dengan cepat apabila yang
dipelajari mempunyai arti baginya.
c.
Belajar Tanpa Ancaman
Belajar
mudah dilakukan dan hasilnya dapat disimpan dengan baik apabila berlangsung
dalam lingkungan yang bebas ancaman. Proses belajar akan berjalan lancer
manakala murid dapat menguji kemampuannya, dapat mencoba pengalaman-pengalaman
baru atau membuat kesalahan-kesalahan tanpa mendapat kecaman yang bisaanya
menyinggung perasaan.
d.
Belajar atas Inisiatif Sendiri
Belajar
akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan atas inisiatif sendiri dan
melibatkan perasaan dan pikiran si pelajar. Mampu memilih arah belajarnya
sendiri sangatlah memberikan motivasi dan mengulurkan kesempatan kepada murid
untuk “belajar bagaimana caranya belajar” (learn how to learn ).
e.
Belajar dan Perubahan
Prinsip
terakhir yang dikemukakan oleh Rogers
ialah bahwa belajar yang paling bermanfaat ialah bejar tentang proses belajar.
Menurut Rogers, di waktu-waktu yang
lampau murid belajar mengenai fakta-fakta dan gagasan-gagasan yang statis.
Waktu itu dunia lambat brerubah, dan apa yang diperoleh di sekolah sudah
dipandang cukup untuk memenuhi tuntutan zaman.
- Arthur
Combs
Perasaan, persepsi, keyakinan dan maksud
merupakan perilaku-perilaku batiniah yang menyebabkan seseorang berbeda dengan
yang lain. Agar dapat memahami orang lain, seseorang harus melihat dunia orang
lain tersebut, bagaimana ia berpikir dan merasa tentang dirinya. Itulah
sebabnya, untuk mengubah perilaku orang lain, seseorang harus mengubah
persepsinya. Menurut Combs, perilaku
yang keliru atau tidak baik terjadi karena tidak adanya kesediaan seseorang
melakukan apa yang seharusnya dilakukan sebagai akibat dari adanya sesuatu yang
lain, yang lebih menarik atau memuaskan. Misalkan guru mengeluh murid-muridnya
tidak berminat belajar, sebenarnya hal itu karena murid-murid itu tidak
berminat melakukan apa yang dikehendaki oleh guru. Kalau saja guru tersebut
lalu mengadakan aktivitasaktivitas yang lain, barangkali murid-murid akan
berubah sikap dan reaksinya.
Sesungguhnya para ahli psikologi humanistik
melihat dua bagian belajar, yaitu diperolehnya informasi baru dan personalisasi
informasi baru tersebut. Adalah keliru jika guru berpendapat bahwa murid akan
mudah belajar kalau bahan pelajaran disusun dengan rapi dan disampaikan dengan
baik, sebab arti dan maknanya tidak melekat pada bahan pelajaran itu; murid
sendirilah yang mencerna dan menyerap arti dan makna bahan pelajaran tersebut
ke dalam dirinya. Yang menjadi masalah dalam mengajar bukanlah bagaimana bahan
pelajaran itu disampaikan, tetapi bagaimana membantu murid memetik arti dan
makna yang terkandung di dalam bahan pelajaran tersebut, yakni apabila murid
dapat mengaitkan bahan pelajaran tersebut dengan hidup dan kehidupan mereka,
guru boleh bersenang hati bahwa missinya telah berhasil. Semakin jauh hal-hal
yang terjadi di luar diri seseorang (dunia) dari pusat lingkaran lingkaran
(persepsi diri), semakin kurang pengaruhnya terhadap seseorang. Sebaliknya,
semakin dekat hal-hal tersebut dengan pusat lingkaran, maka semakin besar
pengaruhnya terhadap seseorang dalam berperilaku. Jadi jelaslah mengapa banyak
hal yang dipelajari oleh murid segera dilupakan, karena sedikit sekali
kaitannya dengan dirinya.
- Aldous Huxley
Manusia memiliki banyak potensi yang selama ini
banyak terpendam dan disia-siakan. Pendidikan diharapkan mampu membantu manusia
dalam mengembangkan potensi-potensi tersebut, oleh karena itu kurikulum dalam
proses pendidikan harus berorientasi pada pengembangan potensi, dan ini
melibatkan semua pihak, seperti guru, murid maupun para pemerhati ataupun
peneliti dan perencana pendidikan.
- David Mills dan Stanley
Scher
Ilmu Pengetahuan Alam selama bertahun-tahun
hanya dibahas dan dipelajari secara kognitif semata, yakni sebagai akumulasi
dari fakta-fakta dan teori-teori. Padahal, bagaimanapun, praktek dari ilmu
pengetahuan selalu melibatkan elemen-elemen afektif yang meliputi adanya
kebutuhan akan pengetahuan, penggunaan intuisi dan imajinasi dalam usaha-usaha
kreatif, pengalaman yang menantang, frustasi, dan lain-lain. Metode afektif
yang melibatkan perasaan telah bisaa diterapkan pada murid-murid untuk
pelajaran IPS, Bahasa dan Seni. Sebetulnya ahli yang memulai merintis usaha ini
adalah George Brown, namun kedua ahli ini kemudia mencoba melakukan riset yang
bertujuan menemukan aplikasi yang lebih real dalam usaha tersebut. Penggunaan
pendekatan terpadu ini dilakukan dalam pembelajaran IPA, pendidikan bisnis dan
bahkan otomotif. Pendekatan terpadu atau confluent approace merupakan sintesa
dari Psikologi Humanistik –khususnya Terapi Gestalt- dan pendidikan, yang
melibatkan integrasi elemen-elemen afektif dan kognitif dalam proses belajar.
Elemen kognitif menunjuk pada berpikir, kemampuan verbal, logika, analisa,
rasio dan cara-cara intelektual, sedangkan elemen afektif menunjuk pada
perasaan, caracara memahami yang melibatkan gambaran visual-spasial, fantasi,
persepsi keseluruhan, metaphor, intuisi, dan lain-lain. Tujuan umum dari
pendekatan ini adalah mengembangkan kesadaran murid-murid terhadap dirinya
sendiri dan dunia sekitarnya, serta meningkatkan kemampuan untuk menggunakan
kesadaran ini dalam menghadapi lingkungan dengan berbagai cara, menerima
petunjuk-petunjuk internal dan menerima tanggung jawab bagi setiap pilihan
mereka.
Kelebihan
Dan Kekurangan Humanistik
Kekurangan
1) Pemahaman
yang kurang jelas dapat menghambat pembelajaran, Guru biasanya tidak memberikan
informasi yang lengkap sehingga peserta didik yang kurang referensi akan
kesulitan untuk belajar.
2) Kebebasan yang diberikan akan cenderung
disalahgunakan. Misal saja guru menugaskan peserta didik untuk berdiskusi sesuai
kelompok, pasti ada beberapa peserta didik yang mengandalkan teman atau tidak
mau bekerja sama.
3)
Pemusatan pikiran akan berkurang. Dalam hal ini
guru tidak sepenuhnya mengawasi karena system belajar yang seperti ini adalah
siswa yang berperan aktif menggali potensi, sehingga peserta didik akan
memanfaatkan keadaan yang ada. Misal dalam mencari referensi menggunakan
internet peserta didik malah bermain game atau mengaktifkan akun sosial media.
Secara otomatis pemusatan pikiran dalam belajar akan terganggu.
4)
Kecurangan-kecurangan yang semakin menjadi
tradisi. Dalam pembuatan tugas peserta didik yang malas akan berinisiatif
mengcopy pekerjaan temannya. Ini akan mengurangi kepercayaan guru maupun
temannya.
Kelebihan
1)
Tumbuhnya kreatifitas peserta didik. Dengan
belajar aktif dan mengenali diri maka kreatifitas ang sesuai dengan karakternya
akan muncul dengan sendirinya. Dengan begitu akan muncul keragaman karya. Jika
berlanjut kepada nilai jual misalnya maka itu juga akan menambah pemasukan atau
paling tidak ada perasaan senang karena karyanya dihargai.
2)
Semakin canggihnya teknologi maka akan semakin
maju perkembangan belajarnya. Canggihnya teknologi ternyata mampu membangun
motivasi dalam diri peserta didik untuk belajar. Hal inilah yang membuat
pikirannya terasah untuk menemukan pengetahuan baru.
3)
Tugas guru berkurang. Dengan peserta didik yang
melinbatkan dirinya dalam proses belajar itu juga akan mengurangi tugas guru
karena guru hanylah failisator peserta didik. Guru tidak lagi memberikan
‘ceramah’ yang panjang, cukup dengan memberikan pengarahan-pengarahan.
4)
Mendekatkan satu dengan yang lainnya. Bimbingan
guru kepada peserta didik akan mempererat hubungan antar keduanya. Seringnya
berkomunikasi akan menciptakan suasana yang nyaman karena peserta didik tidak
merasa takut atau tertekan. Begitupun antar peserta didik. Berdiskusi atau
belajar kelompok akan membuat persahabatan semakin erat, memahami satu sama
lain, menghargai perbedaan dan menumbuhkan rasa tolong menolong.
Secara
keseluruhan dapat ditarik kesimpulan mengenai belajar bahwa belajar adalah cara
seseorang untuk tahu dan untuk bisa mengembangkan potensi-potensi yang
dimilikinya. Hasil yang dicapai tidak lepas dari proses, sumber belajar dan
sarana prasarana yang mendukungnya serta teori dan praktek sebagai acuan atau
panduan untuk membantu pencapaian tersebut. Teori belajar pun tidak ada yang
sempurna, pasti ada unsur kurang dan lebihnya. Oleh karenanya seorang pendidik
dan peserta didik harus mampu menerapkan berbagai macam teori belajar agar
pembelajaran yang dilakukan bisa optimal.
REFERENSI
Desmita.Psikologi Perkembangan.Bandung: Rosda Karya,2007
Ellis, Janne O.Psikologi Pendidikan jilid 2.Jakrta:Erlangga,2008
Samana,A.Sistem Pengajaran.Yogyakarta: Kanisius,1992
Slavin, Robert E.Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik.Jakarta:
PT Indeks,2008
Syaodah
Sukmadinata,Nana.Landasan Psikologi Proses Pendidikan.Bandung:PT.Remaja
Rosdakarya,2009
Gunarsa,
Singgih D. 1996. Konseling Dan Psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung